Sejarah Kopri (Korps Pegawai Republik Indonesia |
Hallo
Readers, gimana kabar kalian hari ini? semoga kawan-kawan pembaca baik baik
saja yaaa! Aamiin! Pada artikel ini Abdi Negara News ingin berbagi dengan
kawan-kawan pembaca tentang Nasib Kopri di Era Soeharto.
Sistem
pegawai negeri merupakan warisan kolonial yang sampai sekarang masih digunakan
di Indonesia. Di artikel Pegawai Negeri di Era Kolonial samapai Soekarno saya sudah menjelaskan
bagaimana pemerintah kolonial membangun sistem ini.
Setelah
jatuh bangunnya pegawai negeri yang digunakan sebagai alat perebutan kekuasaan
politik, pada 1971 terjadilah penggabungan pegawai negeri dalam satu wadah yang
dinamakan Korps Pegawai Republik
Indonesia (Kopri) pada 29 November.
Terbentuknya
Kopri terlindungi dengan adanya Keputusan
Presiden (Kepres) Nomor 82 tahun 1972 pasal 2 ayat 2 yang menyebutkan bahwa
Kopri merupakan satu-satunya wadah
untuk menghimpun dan membina seluruh pegawai RI di luar kedinasan.
Dibawah
rezim Soeharto, pegawai negeri kembali digunakan sebagai alat untuk perebutan
kekuasaan. Dengan lahirnya UU Nomor 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan
Golongan Karya serta Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 20 Tahun 1976 tentang Keanggotaan PNS dalam Parpol.
Di
masa orde baru Kopri menjadi salah
satu instrumen utama Soeharto untuk mempertahankan kekuasaan dengan cara
mewajibkan mendukung Golkar. Dengan jumlah Kopri
yang banyak membuat Golkar selalu menang dalam pemilihan umum.
Dengan
kesadaran, Golkar memanfaatkan Kopri
sebagai alat politik mereka, tunduknya Kopri
kepada pemerintah membuat Golkar dengan mudah mempolitisi mereka serta dengan
keluarga-keluarga mereka.
Untuk
menjaga kesetiaan para Kopri,
Soeharto menaikan gaji para Kopri
agar selalu setia. Dalam usahanya untuk terus membuat Kopri setia pada masa keuangan negara sangat terbatas, Soeharto
sebagai politikus menggunakan cari lain dengan memuji para abdi negara
untuk terus tabah dan disiplin demi prestasi kerja.
Pada
tahun kejayaan Republik Indonesia, 1995 Soeharto merencanakan kenaikan gaji
sebesar 10 persen. Ini dalam upaya mengambil simpati Kopri untuk menghadapi pemilu 1997.
Dengan
adanya kenaikan gaji membuat Kopri merasa
senang, adanya hal ini membuat para Kopri
menjadi sejahteri dan dibalik kesejahtraan itu ada peran besar Golkar yang
sebagai partai semu pendukung Soeharto.
Pada
waktu pemilu tiba, Kopri yang merasa
sejahtera karena Golkar mendoktrin keluarga-keluarga mereka untuk mendukung
Golkar. Dan ini pastinya sangat membantu Soeharto dalam mempertahankan
kekuasaanya.
Hal
ini membuat mereka berpikir bahwa Soeharto orang yang sangat berjasa dengan
kebijakannya menaikan gaji dan tunjangan para Kopri. Sehingga munculah istilah ”Soeharto dikenang, pendukungnya kenyang”.
Demikianlah
Kopri
di Era Soeharto, semoga dengan tulisan ini bisa membantu dan menghibur
kawan-kawan pembaca. salam hangat AbdiNegara News kepada kawan-kawan pembaca selaku penulis. Sampai jumpa di
tulisan-tulisan selanjutnya. Salam hangat kepada kawan-kawan pembaca yang
setia.